Friday, September 9, 2011

ANALISIS HASIL TES DASAR – DASAR EVALUASI PENDIDIKAN

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:
1. perencanaan,
2. pengumpulan data,
3. verifikasi data,
4. analisis data, dan
5. interpretasi data.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Usaha yang lebih baik yaitu untuk selalu meningkatkan mutu tes yang disusun oleh seorang tenaga pendidik, namun hal ini tidak dilaksanakan karena kecenderungan seseorang untuk beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak – tidaknya sudah cukup baik.

Tenaga pendidik yang sudah banyak berpengalaman mengajar dan menyusun soal – soal tes, juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa, masalah inilah yang melatarbelakangi penulisan makalah ini yang berjudul Analisis Hasil Tes Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah : Bagaimana cara menganalisis hasil tes dasar – dasar evaluasi pendidikan?

C. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah Untuk mengetahui cara atau langkah – langkah yang harus diperhatikan dalam menganalisis hasil tes dasar – dasar evaluasi pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN


Istilah evaluasi berasal dari bahasa inggris, yaitu evaluation. Dalam buku Essentials Of Educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W,Brown. Dikatakan bahwa “evaluation refer to the act or prosess to determining the value of something.” Jadi, menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Sesuai dengan pendapat di atas, maka menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N. Sumartana, (1983,1) evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Ny. Dr. Roestiyah, N.K. (1989; 85) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dari hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik.

A. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Secara teoritis, siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang keadaannya heterogen. Dengan demikian, maka apabila dikenai sebuah tes akan tercermin hasilnya dalam suatu kurva normal. Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva normal, maka tentu ada apa – apa dengan soal tesnya.
Dengan demikian maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.

Ada empat cara untuk menilai tes, yaitu :
1. Meneliti secara jujur soal – soal yang sudah disusun, kadang – kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran dari keadaan soal tersebut.
2. Mengadakan analisis soal.
Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis, yang akan memberikan informasi – informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.
3. Mengadakan checking validitas.
Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler. Untuk mengadakan checking validitas kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.
4. Mengadakan checking reliabilita.
Indikator tes yang mempunyai reliabilita yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal – soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi.

B. Analisis Butir Soal

Untuk mengetahui kapan soal dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.

1. Taraf Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal yang indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.
Didalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi). Rumus mencari P adalah :
P = B
JS
Dimana :
P = indeks kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
Soal dengan P 1,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah
Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal – soal yang di anggap baik yaitu soal – soal sedang, tetapi bukan berarti soal – soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak bisa digunakan, hal ini tergantung dari penggunaannya.

2. Daya Pembeda.

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, indeks diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.
Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh, maka soal itu tidak baik, demikian pula jika semua siswa, baik pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar, soal tersebut tidak baik karena keduanya tidak mempunyai daya pembeda. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab oleh siswa pandai saja.
Jika seluruh kelompok atas (pandai) dapat menjawab soal dengan benar, sedang seluruh kelompok bawah (bodoh) menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai diskriminasi paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul, maka nilai diskriminasinya adalah -1,00. Tetapi jika siswa kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah, maka soal tersebut mempunyai nilai diskriminasi 0,00 karena tidak mempunyai daya pembeda sama sekali.
Rumus mencari nilai Diskriminasi adalah :
D = BA/JA - BB/JB = PA - PB
Dimana :
J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB BA/JA = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = BB/JB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar ( P sebagai indeks kesukaran)
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar


3. Pola Jawaban Soal


Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan manapun.
Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelek, sebaliknya sebuah distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik apabila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut – pengikut tes yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Dengan melihat pola jawaban soal, dapat diketahui :
a. Taraf kesukaran soal
b. Daya pembeda soal
c. Baik dan tidaknya distraktor
Kekurangan suatu soal mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya.

BAB III
PENUTUP


a. Kesimpulan

Dari uraian latar belakang, perumusan masalah dan pembahasan tersebut maka penulis menyampaikan kesimpulan sebagai penutup makalah ini adalah sebagai berikut :
Antara pengukuran ( penilaian ) dan evaluasi pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat. Pengukuran berkaitan dengan pembuatan soal, pengadministrasian dan peskoran. Evaluasi berkenaan pada pengambilan kebijakan.
Pada umumnya untuk melaksanakan evaluasi perlu diproses pengukuran dan pengukuran yang baik terdapat langkah – langkah bagaimana menentukan indeks kesukaran, indeks diskriminasi, dan bagian yang tidak kalah penting adalah baik dan tidaknya distraktor.

b. Saran
Seyogyanya dalam menentukan instrument sebagai alat evaluasi perlu dilaksanakan proses pengujian reabilitas soal, validitas soal sehingga ditemukan soal – soal yang baik.
Seyogyanya dalam penggunaan instrument sebagai pengukuran khususnya pada pelaksanaan telah tersedia sejumlah perangkat yang telah teruji kefalidan soal sehingga kapanpun pelaksanaan evaluasi tim evaluasi bisa mempertanggung jawabkan keberadaan soal dalam mengukur kemajuan siswa khususnya dan kemajuan pendidikan secara umum.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suarsmi. . Dasar – dasar evaluasi pendidikan. Jakarta : Bumi aksara.
Funnys . 28 November 2008. Kemampuan Melaksanakan Evaluasi Pembelajaran. http://makalah85.blogspot.com/2008/11/kemampuan-melaksanakan-evaluasi.html. Tanggal akses 05 Oktober 2010
Fat Hurrahman. 27 Mei 2008. Konversi Penilaian Dalam Evaluasi Pendidikan. http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/27/konversi-penilaian-dalam-evaluasi-pendidikan/. Tanggal akses 05 Oktober 2010

No comments:

Post a Comment